Hari mulai sore, sementara isi dompet Romi tak
bertambah isinya malah terus berkurang. Romi masih kebingungan harus pulang
dengan cara apa, jika jalan kaki terlalu jauh. Romi sedang berada dikampus
temannya Sekolah Tinggi Ilmu didaerah Pasirpintar setelah menghadiri acara yang
diadakan disana, setelah acara selesai dia tidak langsung pulang dia
beristirahat sejenak di pelataran masjid kampus yang megah, disisi kanan masjid
tumbuh pohon palm berjajar menyapa sejuk pada raga Romi yang sedang dilanda
kegerahan sejak sesi terakhir seminar kewartawanan tadi. Sebelah kirinya
berjajar kendaraan mahasiswa dan dosen, berjajar rapi walau tak ada tukang
parkir yang mengatur halaman parkir.
Mahasiswa cukup taat pada peraturan yang
diterapkan oleh kampus, disisi parkiran terdapat tulisan parkir moror. Tak jauh
dari sana, tepatnya bersebrangan dengan parkir motor terdapat tulisan parkir
mobil. Romi masih menarik nafas dalam-dalam, rasa lelah raganya ditambah rasa
lelah pikirannya membutnya merasa lemah tak berdaya untuk melangkah pulang dari
kampus yang sudah mulai sepi, menuju tempat kosnya yang berada di daerah
perumahan Bintang, sekitar sepuluh kilometer dari tempatnya berada saat ini.
“Romi...” suara yang dikenalnya menghampiri
telinga Romi, tetapi Romi masih mencari asal suara itu. Kepalanya menengok kiri
dan kanan.
“Romi... Rom Romi” dari kejauhan terlihat seorang laki-laki
berkemeja biru melambaikan tangan pada Romi, seorang teman yang kuliah disana,
Sandi namanya, dia adalah teman Romi semasa SMA dulu. Sandi berlari kecil
mendekati Romi yang sedang beristirahat diberanda mesjid.
“Kamu lagi ngapain Rom? Belum pulang?” tanya Sandi
“Aku lagi bingung nih, isi dompetku ga bertambah nih” Romi mengutarakan
kesusahannya,
“Emang
butuh berapa sih?” tanya Sandi seolah mengerti apa yang dibutuhkan oleh sahabat
karibnya itu
“Ya ga banyak sih, Cuma butuh buat ongkos doank” Romi
menundukan kepalanya putus asa
“Aku ada
tawaran ekstrim buat kamu nih, kalo kamu mau aku berani bayar kamu tinggi”
tawaran sandi membuat romi mengangkat kepala cepat
“Apa emang?
Aku harus apa nih?”
“Sore ini
aku masih ada kuliah, kamu gantiin aku masuk kuliah ya”
“Lah kamu
mau kemana? Gimana kalau nanti dosen tau kalau aku bukan kamu”
“Loh kmukan pinter kamuplase jadi orang lain, masa ga bisa
jadi temen sendiri, tapi tenang aku udah pastiin ga bakalan ketahuan, dosen ini
kadang ngabsennya tanpa melihat orangnya, yang penting mengacungkan tangan aja,
aku mau ada janjian sama Sani temanku, soalnya.”
“Aduh teman
apa teman nih? Terus bayarannya kapan nih?”
“Nih aku
kasih buat ongkos, seratus ribu, cukupkan?” sandi langsung mengeluarkan uang
merah wangi khas uang yang baru dicabut dari ATM.
“wah ini lebih dari cukup San, makasih ya, kira-kira ada tugas
ga hari ini?”
“Ada Rom,
kebetulan hari ini aku persentasiin masalah kemerosotan ekonomi Indonesia, yah
sesuai jurusan yang aku ambillah, jurusan ekonomi.”
“Wah san,
mati aku, ntar aku ada didepan kelas donk, nah kalo gitu berarti dosen tahu
siapa aku sebenarnya,“
“Nah itu urusin sama kamu aja ya, ini makalahnya, ini duitnya,
lima menit lagi masuk dan aku mau pergi yah dadah romi semoga berhasil, dan
kalau berhasil aku tambahin honornya, ok” Sandipun meninggalkan Romi
Sebelum masuk kelas Romi kekamar mandi
terlebih dulu untuk sedikit memiripkan dirinya dengan Sandi, tak perlu susah
tinggal memakai topi ciri khas dari Sandi dan selalu memakai kameja, dari
belakang terlihatlah seperti Sandi, kini Romi memakai kameja merah dan jins biru
yang dibawanya, karena ini pekerjaan yang lumayan susah romi selalu membawa
baju lebih dari satu di tasnya.
Jantung Romi berdetak kencang tak seperti
biasanya karena ini penyamaran pertamanya didepan kelas, biasanya Romi hanya
perlu duduk manis dibelakang tetapi kini Romi harus bicara dan berdiri didepan
kelas. Romi masih mebolak-balikan makalah yang diberikan Sandi padanya sambil
menunggu dosen datang. Setengah jam berlalu dosen belum datang, tetapi jantung
Romi masih enggan menstabilkan detak jantungnya.
“woy teman-teman dosennya ga dateng” suara sekretaris
kelas yang lumayan agak nyaring bunyinya
dari belakang memberitahu, semua yang ada dikelas itu sontak bahagia
mendengarnya, apalagi Romi yang sebenarnya takut kalau nanti dosen ada dan
mengetahui penyamarannya.
Sebenarnya Romi sering berbuat seperti ini
selain dikampusnya sendiri, Romi pun tak jarang membantu temannya yang berada
di kampus lain untuk menggatikan posisi temannya yang sedang berhalangan hadir.
Selain ini pekerjaan samapingan Romi, tetapi ini juga kesempatan buat Romi untuk
mencari ilmu dibidang lainnya. Romi memang seorang mahasiswa yang berbeda dari
teman-temannya, kadang karena kesibukannya romi jarang berkumpul dengan teman
sekelasnya, hanya sebatas mengerjakan tugas kelompok saja. Romi lebih memilih
teman diluar kampus yang memberikannya penghidupan dari pada teman-teman sekelasnya.
Ada juga yang sudah mencarter pekerjaan Romi
ini, yaitu Andris teman masa SMAnya juga yang setiap hari sabtu dalam mata
kuliah bahasa dikelas Andris digantikan oleh Romi, dan itu pun tanpa kecurigaan dari sang dosen. Dari keuntungannya
bekerja menggantikan teman-teman yang bolos, Romi menjadi seorang mahasiswa
yang aktif dikelas dan berpengetahuan luas, dari kehebatannya berkamuflase
menjadi orang lain jadilah Romi mencukupi hidupnya dan bisa menutupi
kehidupannya dari hasil menyamar menjadi orang lain.
Oleh: Gina Resiana
Bagikan
Kamuflase Manusia
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Tulis komentarKadang dalam membuat sebuah cerita pun, harus mampu ditangkap logika dan masuk akal. Meskipun karya fiksi membebaskan imajinasi dan kita bebas berkreasi sebebasnya, jika kita melihat realitas akan sulit kita menemui sosok seperti Romi. Kayaknya, hanya hantu saja yang bisa menyamar dn menipu orang-orang disekelilingnya. Setting, alur, dan dialog ok deh!!
tinggal bagaimana mengolah cerita ini seakan memang nyata dan jadi realitas adanya.
Reply