Kamis, 17 April 2014

Kamuflase Manusia

      Hari mulai sore, sementara isi dompet Romi tak bertambah isinya malah terus berkurang. Romi masih kebingungan harus pulang dengan cara apa, jika jalan kaki terlalu jauh. Romi sedang berada dikampus temannya Sekolah Tinggi Ilmu didaerah Pasirpintar setelah menghadiri acara yang diadakan disana, setelah acara selesai dia tidak langsung pulang dia beristirahat sejenak di pelataran masjid kampus yang megah, disisi kanan masjid tumbuh pohon palm berjajar menyapa sejuk pada raga Romi yang sedang dilanda kegerahan sejak sesi terakhir seminar kewartawanan tadi. Sebelah kirinya berjajar kendaraan mahasiswa dan dosen, berjajar rapi walau tak ada tukang parkir yang mengatur halaman parkir.
Mahasiswa cukup taat pada peraturan yang diterapkan oleh kampus, disisi parkiran terdapat tulisan parkir moror. Tak jauh dari sana, tepatnya bersebrangan dengan parkir motor terdapat tulisan parkir mobil. Romi masih menarik nafas dalam-dalam, rasa lelah raganya ditambah rasa lelah pikirannya membutnya merasa lemah tak berdaya untuk melangkah pulang dari kampus yang sudah mulai sepi, menuju tempat kosnya yang berada di daerah perumahan Bintang, sekitar sepuluh kilometer dari tempatnya berada saat ini.
“Romi...” suara yang dikenalnya menghampiri telinga Romi, tetapi Romi masih mencari asal suara itu. Kepalanya menengok kiri dan kanan.
“Romi... Rom Romi” dari kejauhan terlihat seorang laki-laki berkemeja biru melambaikan tangan pada Romi, seorang teman yang kuliah disana, Sandi namanya, dia adalah teman Romi semasa SMA dulu. Sandi berlari kecil mendekati Romi yang sedang beristirahat diberanda mesjid.
“Kamu lagi ngapain Rom? Belum pulang?” tanya Sandi
“Aku lagi bingung nih, isi dompetku ga bertambah nih” Romi mengutarakan kesusahannya,
Emang butuh berapa sih?” tanya Sandi seolah mengerti apa yang dibutuhkan oleh sahabat karibnya itu
“Ya ga banyak sih, Cuma butuh buat ongkos doank” Romi menundukan kepalanya putus asa
Aku ada tawaran ekstrim buat kamu nih, kalo kamu mau aku berani bayar kamu tinggi” tawaran sandi membuat romi mengangkat kepala cepat
Apa emang? Aku harus apa nih?”
Sore ini aku masih ada kuliah, kamu gantiin aku masuk kuliah ya”
Lah kamu mau kemana? Gimana kalau nanti dosen tau kalau aku bukan kamu”
“Loh kmukan pinter kamuplase jadi orang lain, masa ga bisa jadi temen sendiri, tapi tenang aku udah pastiin ga bakalan ketahuan, dosen ini kadang ngabsennya tanpa melihat orangnya, yang penting mengacungkan tangan aja, aku mau ada janjian sama Sani temanku, soalnya.”
Aduh teman apa teman nih? Terus bayarannya kapan nih?”
Nih aku kasih buat ongkos, seratus ribu, cukupkan?” sandi langsung mengeluarkan uang merah wangi khas uang yang baru dicabut dari ATM.
“wah ini lebih dari cukup San, makasih ya, kira-kira ada tugas ga hari ini?”
Ada Rom, kebetulan hari ini aku persentasiin masalah kemerosotan ekonomi Indonesia, yah sesuai jurusan yang aku ambillah, jurusan ekonomi.
Wah san, mati aku, ntar aku ada didepan kelas donk, nah kalo gitu berarti dosen tahu siapa aku sebenarnya,“
“Nah itu urusin sama kamu aja ya, ini makalahnya, ini duitnya, lima menit lagi masuk dan aku mau pergi yah dadah romi semoga berhasil, dan kalau berhasil aku tambahin honornya, ok” Sandipun meninggalkan Romi
Sebelum masuk kelas Romi kekamar mandi terlebih dulu untuk sedikit memiripkan dirinya dengan Sandi, tak perlu susah tinggal memakai topi ciri khas dari Sandi dan selalu memakai kameja, dari belakang terlihatlah seperti Sandi, kini Romi memakai kameja merah dan jins biru yang dibawanya, karena ini pekerjaan yang lumayan susah romi selalu membawa baju lebih dari satu di tasnya.
Jantung Romi berdetak kencang tak seperti biasanya karena ini penyamaran pertamanya didepan kelas, biasanya Romi hanya perlu duduk manis dibelakang tetapi kini Romi harus bicara dan berdiri didepan kelas. Romi masih mebolak-balikan makalah yang diberikan Sandi padanya sambil menunggu dosen datang. Setengah jam berlalu dosen belum datang, tetapi jantung Romi masih enggan menstabilkan detak jantungnya.
“woy teman-teman dosennya ga dateng” suara sekretaris kelas  yang lumayan agak nyaring bunyinya dari belakang memberitahu, semua yang ada dikelas itu sontak bahagia mendengarnya, apalagi Romi yang sebenarnya takut kalau nanti dosen ada dan mengetahui penyamarannya.
Sebenarnya Romi sering berbuat seperti ini selain dikampusnya sendiri, Romi pun tak jarang membantu temannya yang berada di kampus lain untuk menggatikan posisi temannya yang sedang berhalangan hadir. Selain ini pekerjaan samapingan Romi, tetapi ini juga kesempatan buat Romi untuk mencari ilmu dibidang lainnya. Romi memang seorang mahasiswa yang berbeda dari teman-temannya, kadang karena kesibukannya romi jarang berkumpul dengan teman sekelasnya, hanya sebatas mengerjakan tugas kelompok saja. Romi lebih memilih teman diluar kampus yang memberikannya penghidupan  dari pada teman-teman sekelasnya.
Ada juga yang sudah mencarter pekerjaan Romi ini, yaitu Andris teman masa SMAnya juga yang setiap hari sabtu dalam mata kuliah bahasa dikelas Andris digantikan oleh Romi, dan itu pun  tanpa kecurigaan dari sang dosen. Dari keuntungannya bekerja menggantikan teman-teman yang bolos, Romi menjadi seorang mahasiswa yang aktif dikelas dan berpengetahuan luas, dari kehebatannya berkamuflase menjadi orang lain jadilah Romi mencukupi hidupnya dan bisa menutupi kehidupannya dari hasil menyamar menjadi orang lain.
Oleh: Gina Resiana

Bagikan

Jangan lewatkan

Kamuflase Manusia
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
9 Mei 2014 pukul 02.40

Kadang dalam membuat sebuah cerita pun, harus mampu ditangkap logika dan masuk akal. Meskipun karya fiksi membebaskan imajinasi dan kita bebas berkreasi sebebasnya, jika kita melihat realitas akan sulit kita menemui sosok seperti Romi. Kayaknya, hanya hantu saja yang bisa menyamar dn menipu orang-orang disekelilingnya. Setting, alur, dan dialog ok deh!! tinggal bagaimana mengolah cerita ini seakan memang nyata dan jadi realitas adanya.

Reply