“Aduh mentok bangettt,,,,, gimana ni, deadlinenya
besok lagi. Hufh gini ni akibatnya jika terlalu banyak aktivitas di luar. Aku jadi
lupa tugas. Males, males, males”. Inilah gerutuan seorang mahasiswi
yang baru
menginjak tingkat 1,
yang
belum sampe seumur jagung. Kebiasaan belajarnya masih saja seperti dulu. ‘SKS’ alias Sistem Kebut Semalam. Padahal, hal
tersebut akhirnya akan menyiksa diri sendiri juga. Nina.
Seorang
mahasiswi yang kuliahnya hanya sekedar turut sama orangtua saja.
Keadaannya
termasuk keluarga yang berada membuat dirinya manja dan belum dewasa.
Keadaan orangtuanya yang lebih mementingkan karir,
membuat dirinya tidak terkontrol dengan baik. Hanya materil yang mereka penuhi, menurut mereka
itu sudah cukup dalam mengungkapkan kasih sayang mereka kepada anaknya itu. Tapi tak dapat dipungkiri Nina pun merasa
jenuh dan merasa dirinya broken home.
Shubuh pun tiba dengan disambut sapaan ayam yang berkokok, sehingga membangunkan Nina dari tidurnya. Seketika itu pula
Nina bangun
dan bergegas untuk shalat shubuh yang rasanya sudah
kesiangan.
Sesampainya di kampus ia langsung bertemu dengan sahabat karibnya, Nana.
Sesampainya di kampus ia langsung bertemu dengan sahabat karibnya, Nana.
“Nin gimana tugasnya udah belom?” tanya
Nana,
sahabat karibnya itu.
“Hmmm sudah. Semalaman suntuk aku
ngerjain tugas ini. Kalau gak ngerjain,
bisa
bisa aku diberi apresiasi dijadiin asdos boongan yang
harus nemenin
dosen di depan kelas sampe jam kuliah selesai, mending bolos aja”.
“Kenapa
gitu? Aku kan dari 2 hari kemaren udah ingetin kamu, berarti kamunya aja yang
santai santai”.
“Ya,
ya, ya. Aku ngaku aku salah. Udah dong, yuk masuk”.
Di
tempat yang berbeda sejumlah mahasiswa sedang berkumpul di sebuah ruangan.
“Oke
teman-teman pertemuan kita hari ini cukup sampai disini. Semoga apa yang kita rencanakan,
berjalan dengan lancar dan diridhoi oleh Allah Swt. Amiiin” kalimat itu menjadi
penutup rapat IKMMA
Kampus sore itu.
“Mir
antum yakin dengan program kita besok?”
“Insya
Allaah yakin”
“Bagaimana
kalau tidak ada umpan balik dari pihak sana?”
“Masa
sih pihak MUI gak prihatin sama peristiwa yang menimpa jama’ahnya sendiri”
“Jadi
besok kita kumpul jam berapa?”
“Jam
7 pagi aja seperti biasa ngampus”
“Hmmm.
Oke deh. Ana duluan ya! Assalamu’alaikum warahmatullah ustadz Amir”
“Wa’alaikumussalam
warahmatullah wabarakatuh” jawab Amir sambil senyum melihat kelakuan sahabatnya
itu yang memanggil dirinya ustadz.
Amir.
Ketua IKMMA
Kampus itu sering dipanggil ustadz, karena ke-’alimannya dalam agama. IKMMA
Kampus, akronim dari Ikatan Mahasiswa Masjid Kampus. Sudah banyak mahasiswa
dan mahasiswi yang masuk UKM itu. Dan mereka merasa menjadi mahasiswa yang seutuhnya
dan merasa tergetnya tercapai, baik itu di kampus ataupun di masyarakat.
Siang
itu, di sebuah taman yang memesona. Terlihatlah 2 mahasiswi yang sedang asyik berbincang.
Mendiskusikan satu pembahasan mengenai diri mereka masing-masing. Ditemani pepohonan
hijau yang rindang yang membuat mereka dimanjakan oleh hal itu, termasuk hati mereka.
“Nin
tadi yang presentasi di kelas ganteng banget ya?” tanya Nana dengan ekspresi
yang berusaha menarik perhatian sahabatnya itu.
“Kamu
ini pambahasannya cowok mulu tiap ketemu, gak ada tema lain apa”, sangkal Nina
yang tak terpengaruh sama sekali dengan ekspresi dan ucapan Nana.
“Tapi
Nin, aku kan bosen kalau harus belajar terus” jawab Nana yang kelihatan jenuh
di hadapan Nina.
“Hmmm
mentang-mentang udah dapet nilai A, jadinya gitu deh. Gak mikirin nasib temennya
yang satu ini”, timpal Nina yang kelihatan memelas dan mengharap kasihan dari sahabatnya
itu.
“Terus
aku harus bantuin kamu gimana lagi dong Nin. Aku udah bersedia jadi alarm kamu tiap
ada tugas, tapi tetep aja kamunya yang ngeyel. Aku juga butuh mikirin diriku sendiri
Nin. Emang kamu siapa aku.Yeeey…”
Guyonan
kedua sahabat itu selalu saja hangat. Meskipun mereka berdua berbeda karakter.
Nana yang pinter, tapi ngejadiin cowok ganteng sebagai motivatornya. Sedangkan
Nina yang cantik and super cuek itu, malah punya kwalitas pas-pasan dibandingkan
dengan Nana.
“Eh
Na, kamu mau milih UKM mana?” tanya Nina tiba-tiba.
“Hmmm,,,
apa ya. Aku pengen masuk BEM aja deh, biar nanti pas Ospek kita bisa bales
dendam sama junior kita. Seperti nasib kita dulu” jawab Nana sekenanya dengan
senyum renyahnya.
“Hush
ngaco kamu ini. Milih kegiatan niatnya udah gak bener, gak manfaat banget,
mending gak usah deh. Huh.” jawab Nina dengan sedikit menceramahinya.
“Aku
pengen kegiatan yang cerdas dan bisa ngerubah diriku Na. Aku pengen masuk IKMMA
Kampus” jawab Nina dengan pasti.
“What?
Nina yang cantik and super cuek mau insap? Mau jadi apa kamu di IKMMA?
Duh, kamu lagi gak sadar ya ngomong seperti ini? Duh, duh, duh, jangan sampe deh
kamu nyesel masuk yang begituan” ekspresi kaget Nana yang super heboh itu membuat
Nina pergi dan meninggalkan sahabatnya sendiri.
Keesokan
harinya anggota IKMMA
Kampus telah berkumpul di lapangan yang sudah disepakati pada waktu yang tepat.
Mereka berniat berdemonstrasi ke kantor MUI untuk menolak ajaran syi’ah yang
kini telah masuk dunia kampus.
Satu
jam berlalu, mereka berdemonstrasi dengan aman dan tertib. Demonstrasi mereka
pun diberi apresiasi oleh pihak MUI. Dan mereka berencana akan ada tindak lanjut
dalam merumuskan masalah tersebut.
IKMMA
pun kini melejit di seantero kampus, karena sudah membawa nama baik kampus. Dan
tanpa disadari Nina pun tertarik untuk ikut andil di UKM tersebut, tanpa ada
rasa ragu sedikit pun dalam hatinya.
Nina
pun mencoba beradaptasi dengan beberapa kegiatan kampus lainnya yang kini mulai
banyak, yang tanpa disadarinya telah mengubah dirinya menjadi lebih baik. Selain
kegiatan UKM itu, kini Nina pun aktif di jama’ah sekitar rumahnya yang telah mendukung
dirinya dan menjadikan dirinya seorang mahasiswi yang dipercaya. Menjadikan dan
mewujudkan mahasiswa sebagai‘agent of change’. Dan kini hari-hari Nina
pun dilewati tanpa ada rasa jenuh, karena sekarang dirinya tidak lagi merasa broken
home. Sekarang dia mempunyai keluarga besar, yakni masyarakat lingkungannya
dan temen-temen UKM-nya.
By: Rifda Najiyyah S. (بنت
صفيان)
Bagikan
UKM DAN AGENT OF CHANGE
4/
5
Oleh
Unknown